Sebanyak 30 santri Al Ashriyyah Nurul Iman yang tergabung dalam kelas bahasa mandarin mendapat undangan khusus dari yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk tampil dalam kegiatan pekan amal Tzu Chin yang dilaksanakan di di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk pada Sabtu dan Minggu(10-11/12).
Kegiatan Pekan Amal Tzu Chi ini adalah kegiatan bazar yang menjual beragam produk barang kebutuhan sehari-hari dan juga beraneka makanan. Hasil dari bazar ini seluruhnya akan digunakan untuk pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Internasional. Karna memang kegiatan ini bertujuan untuk menggalang dana pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Perlu diketahui bahwa Rumah Sakit Tzu Chi nantinya akan dibangun dengan beberapa layanan unggulan, seperti adanya layanan transplantasi sumsum tulang, perawatan paliatif (perawatan yang memberikan pelayanan menyeluruh bagi pasien yang menderita penyakit stadium akhir), pengobatan bedan syaraf, pengobatan kanker, serta perawatan ibu dan anak. “Jadi rumah sakit kita ini ada karena selama ini belum ada (rumah sakit) yang memberikan fasilitas donor sumsum tulang dan perawatan paliatif,” tutur Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma dalam pembukaan pekan amal. Dalam pekan amal ini juga, Tzu Chi mensosialisasikan tentang gaya hidup vegetarian.2
Kegiatan Pekan Amal Tzu Chi memang. Namun yang lebih penting bagi Tzu Chi “Pekan amal untuk pembangunan rumah sakit ini merupakan yang ketiga kalinya. Satu kali penyelenggaraan kira-kira 20.000 orang, kalau tiga kali berarti 60.000 orang, jadi minimal rumah sakit ini memiliki 60.000 orang donatur, sehingga ada rasa memiliki,” kata Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia, Suriadi.  “Tujuan utama melibatkan masyarakat luas dalam proses pembangunan Tzu Chi Hospital. Dengan pekan amal ini orang yang menjual berpartisipasi, yang membeli juga berpartisipasi,” ujar Suriadi yang juga menjadi koordinator kegiatan.
Sebanyak 30 santri Nurul Iman juga andil dalam kegiatan tersebut dengan tampil di panggung di hadapan ribuan pengunjung. Dengan pakaian rapih, serta dengan memakai almamater biru dan peci putih para santri tampil memukau dengan memperagakan Shou Yi yang diiringi musik. Shou Yi sendiri adalah pesan-pesan dan nasehat yang diutarakan melalui isyarakat tangan. Namun ada yang berbeda dengan tampilan Shou Yi kali ini, yakni para santri memadukannya dengan budaya Indonesia, yakni mengkolaborasikannya dengan tari saman. “Sungguh luar biasa dantak menyangka, santri pondok pesantren bisa tampil seperti itu, apalagi bahasa mandarin mereka juga bagus-bagus” ungkap Ibu Mariana salah seorang relawan Tzu Chi.1
Para santripun merasa tersanjung dengan kegembiraan mereka, “Mereka sangat menghargai suatu prestasi, ketika kami turun panggung. Mereka berduyun-duyun menghampiri kami mengajak foto dan berbicara mandari. Hal yang paling membuat mereka takjub adalah bahasa mandarin kami yang fasih seperti mereka” ungkap Ibnu Shiddiq Maulana, santri asal Purwokerto yang menjadi salah satu delegasi tampilan Shou Yi dari Nurul Iman.
Dilaporkan Oleh : Budianto bin Darmo Pawiro, S.H. (Pemimpin  Redaksi)

Leave a Reply