KEMERIAHAN MILAD GURU BESAR Yang Ke-79
Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School
Jika mendengar kalimat “ Agustus 1945 “ pasti langsung mengarah kepada Kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945 selain Indonesia berhasil merdeka, Pada tahun itu pula lahirlah sosok waliyullah yang mulia bernama Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abu Bakar bin Salim, tepatnya 2 hari sebelum kemerdekaan Indonesia yakni 15 Agustus 1945. Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2024, pondok pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School mengadakan kembali acara unuk memperingati hari kelahiran Guru tercinta, yakni Al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abi Bakar bin Salim. Dengan itu seluruh santri diwajibkan ikut serta dalam kemeriahan acara tersebut.
Seluruh santri sudah berkumpul di Masjid Toha tepat pada pukul 07.30 WIB. Sambil menunggu keluarga besar dan pimpinan pesantren, santri melakukan kegiatan khotmil Qur’an yang dipersembahkan khusus untuk Guru Besar yang sedang berulang tahun. Setelah itu para santri membaca Maulid Ad-Diba’i dan bersholawat bersama.
Bersamaan dengan para keluarga dan pimpinan pondok datang ke masjid Toha, acara pun dimulai sekitar pukul 09.00 wib yang dibuka oleh MC. Acara dimulai dengan do’a yang dibawakan oleh Habib Muhammad Waliyullah dilanjut dengan penampilan ceramah 3 bahasa yang dibawakan oleh santri putra yakni bahasa Inggris, Arab dan Mandarin, ceramah tersebut lalu disimpulkan dalam bahasa Indonesia yang dibawakan oleh Ust. Farhan M.Pd. Dari kesimpulan tersebut terdapat 3 point penting yang disampaikan yaitu point yang pertama tentang Ketaatan. Bagaimana seorang murid harus taat kepada gurunya, ketaatan inilah merupakan hal yang sangat harus selalu ada didalam sanu bari setiap insan khususnya murid yang taat kepada guru dan peraturan pesantren. Point yang kedua ialah tentang Penghargaan. Bagaimana seorang murid bisa memberikan penghargaan setinggi-tingginya, dapat memberikan hal-hal yang terbaik kepada gurunya. Memberikan semuanya itu dengan wasilah daripada gurunya, karena tanpa dengan wasilah guru maka tidak akan memberikan manfaat bagi murid tersebut. Oleh sebab itu kita jadikan Guru sebagai wasilah dalam segala hal kebaikan. Dan point yang ketiga ialah tentang Belajar. Khususnya bagi santri & santriwati harus belajar dengan tekun, rajin dan dengan bersungguh-sungguh, apapun yang ada di pesantren kita pelajari semaksimal mungkin guna mengharap ridha seorang Guru, ridha Rasul dan khususnya Ridha Allah SWT.
Kemudian acara dilanjut dengan Mauidhotul Al-Hasanah oleh para Habib yang juga merupakan para tamu di acara tersebut, Yang pertama yakni dari al- Habib Hasan Ayatullah , dalam sambutannya beliau menceritakan bagaimana Habib Saggaf mendidik beliau dan muridnya dengan segala karomah yang dimilikinya, habib Saggaf merupakan sosok yang agung walaupun keberadaanya kini tidak bisa ditemui secara nyata, namun kehadirannya dapat dirasakan, Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “ orang yang meninggal jihad dijalan Allah SWT, mereka sesungguhnya tidak mati, mereka ada namun engkau tidak mengetahuinya “ kemudian beliau memberitahukan jangan hanya mengagungkan salah satu diantara Abah dan Umi karna keduanya sama-sama berjuang untuk berdiri, maju dan mengembangkan pondok ini dalam segala fase yang telah dilalui .
Yang kedua mauidhotul al-hasanah dari yang Mulia al-Habib Muhammad Waliyullah, beliau mengemukakan 3 golongan yang dapat memberikan syafaat, yaitu 1. Ulama, 2. Orang yang syahid, 3. Para Nabi. Mauidhotul Al-Hasanah yang ke 3 yakni dari Habib Ahmad bin Novel bin Jindan, dalam sambutannya beliau menceritakan mengenai dirinya ketika membaca sejarah Abah, sosok yang telah mendedikasikan hidupnya untuk Allah SWT, Rasulullah SAW, dan seluruh umat. Beliau juga mengkorelasikan sosok Abah sebagai sosok As-Syeikh Abu Bakar bin Salim diera masa kini, ketika melakukan suatu ibadah kebaikan yanag dilakukan secara terus menerus, maka kebaikan itu adalah bukti keikhlasan beliau diatas pondasi taqwa, kemudian orang yang jujur dan sungguh-sungguh akan dimudahkan oleh Allah SWT , mereka termasuk kepada hamba-hamba yang mulia yang memprioritaskan Allah diatas segala-galanya.
Selanjutnya sambutan dari al-Habib Salim bin Haidar Al-Habsyi, beliau memaparkan jika kita mempunyai tujuan yang bagus maka lanjutkanlah, maju terus kedepan jangan berhenti, niatkan sesuatu itu menjadi kebaikan sesuai dengan hadist “Barang siapa yang mempunyai niat baik maka Allah akan memberikan 7 kebaikan untuknya”. Berikutnya sambutan dari Habib Ali Muhammad As-Seggaf, disusul oleh Habib Jindan bin Novel bin Ahmad bin Jindan, beliau mengemukakan bahwa ilmu adalah amal ibadah yang paling utama, tidak ada kata lelah dalam mencari dan mengamalkan ilmu, oleh sebab itu orang yang cerdas tidak mudah di provokasi.
Ada pula senjata manusia rendahan yakni ucapan, hinaan, kebodohan yang sering kali melekat pada orang yang berilmu karna ilmu itu dimilikinya tidak disandarkan kepada syarat dan agama, karna sejatinya ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan mewariskan rasa takut.
Yang terakhir adalah mauidhotul hasanah dari Yang Mulia Dr. Hj. Umi Waheeda S.Psi, M.Si, dalam sambutannya bahwa beliau tidak bisa menjadi seperti sosok Abah, seorang waliyullah dengan segala karomah yang dimilikinya, Abah dapat menarik hati orang banyak untuk membangun semua yang ada disini, tapi Umi tidak, Namun Umi dapat meneruskan dan mengembangkan estafet perjuangan dengan segala waqaf yang abah tinggalkan, Umi berpesan “ jangan pernah merasa cukup atas apa yang kamu miliki saat ini kejar apa yang kamu inginkan, jangan pernah merasa takut dengan segala hal yang akan terjadi, hidup untuk Allah dan Rasulullah saw.
Acara kali ini sedikit berbeda dengan acara-acara sebelumya dikarnakan tidak ada penampilan kreasi seni santri, acara kali ini hanya berisikan nasehat-nasehat yang disampaikan oleh para Habaib yang menjadi tamu diacara tersebut. Selanjutnya acara yang terakhir adalah do’a dan penutup oleh Habib Hud bin Muhammad Baghir bin Abdullah Al-Athos. Acarapun selesai tepat pada pukul 12.55 WIB.
Redaksi : Tim Redaksi, Zhilvasya & Wardah