Nurul Iman News.– Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School kembali menerima kunjungan studi banding. Dari Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad Mangkoso, Barru, Sulawesi Selatan. Ahad(12/06/2022). Yang mana Nurul Iman dipilih sebagai salah satu rujukan dalam pengembangan unit usaha bisnis. Dengan corak unit usahanya yang menjadi penopang utama keberlangsungan Nurul Iman.

Kunjungan dari ponpes DDI Mangkoso berlangsung secara singkat dan disambut hangat oleh Pembina Yayasan Dr. Umi Waheeda binti H. Abdur Rahman S.Psi., M.Si dan Pimpinan Yayrasan Dr. (Can) Habib Muhammad Waliyullah Bin Syekh Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim, M.Ag.

Dengan dihadiri pimpinan Ponpes DDI Mangkoso A.G.H. Muhammad Farid Wajdi, LC., M.A, beserta rombongan yang berjumalah 20 orang yang terdiri dari asatidz dan asatidzah sekaligus pengurus koperasi ATTA’AWUN Ponpes DDI Mangkoso.

“Saya yakin ada pondok pesantren yang lebih besar dari pada ini dan terlihat lebih megah dari pondok pesantren ini tetapi niatnya beda, orientasinya beda. Selanjutnya pondok pesantren yang besar justru banyak yang kelihatannya memperalat pondok pesantren untuk bisnis, kalo ini bisnis untuk pondok pesantren sehingga kita temukan bagaimana sampai menggratiskan 15.000 santri”. Tutur A.G.H. Muhammad Farid Wajdi, LC., M.A,

“Ini sebagai bukti sabda Rasulullah khoirunnas anfa’uhum linnas”, tambahnya.

Menurut Ustadz Herman Tabi, S.Pd., M.Pd, selaku humas dan koordinator kegiatan santri, menuturkan “Studi banding dilakukan untuk menggali informasi terkait pengembangan unit usaha pondok pesantren serta menjalin silaturahmi antar pondok. Dan saya juga kagum bagaimana Umi ikhlas dan mampu memanage seluruh santri Nurul Iman”.

Dr. Umi Waheeda binti H. Abdur Rahman S.Psi., M.Si selaku Pembina Yayasan juga turut memberikan tausyiah untuk para tamu studi banding. “Di zamannya Habib memang kami masih sistem tradisional, tadi pak jokowi  menjelaskan nurul iman adalah industri pesantren, memang kami industri, kami punya pabrik beras, pabrik air minum, pabrik roti, usaha tahu tempe, sulaiman (susu kedelai Nurul Iman), peternakan, pertanian, perikanan, kami punya 59 unit usaha semua buat makan santri Nurul Iman, gaji guru, biaya listrik dll. Itu yang kami terapkan di sini social enterpreneurship (wirausaha sosial)”.